Senin, 27 Mei 2013

Suku Dani

       1.     LETAK GEOGRAFIS 
Suku bangsa Dani bermukim di lembah Baliem (138030’– 139030’ BT dan 3400’ – 4200’LS)., Irian Jaya. Lembah ini berada di tengah-tengah pegunungan Jaya Wijaya pada ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut. Lembah Baliem memiliki luas sekitar 1200 km2. Suku Dani lebih senang disebut bangsa Parim atau orang Baliem. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya, biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi.
Setidaknya ada 5.000 Dani tinggal di lembah  dan lain lima puluh ribu lainnya  atau lebih menghuni permukiman curam-sisi sepanjang lembah . Suhunya ringan, curah hujan sedang, dan terdapat satwa liar berbahaya dan penyakit-penyakit langka.


2.     SEJARAH / IDENTITAS
Suku yang lebih senand disebut bangsa parim ini memiliki sejarang yang panjang. Peradapan Manusia Papua, Khususnya Suku Dani yang mendiami daerah lembah baliem merupakan peradapan Suku yang bisa dikatakan masih sangat baru.
Suku Dani yang mendiami daerah Lembah Baliem merupakan salah satu Suku Terbesar yang mendiami Wilayah Pegunungan Tengah Papua Selain Suku Dani Wilayah Pegunungan Tengah Papua didiami oleh suku, Ekari, Moni, Damal, Amugme dan beberapa sub suku lainnya.
Suku Dani yang mendiami wilayah lembah baliem dan sekitarnya diperkirakan merupakan suku yang berasal dari wilayah Timur Lembah Baliem atau di kenal dengan nama daerah yali (pada saat ini masuk dalam kabupaten Yalimo dan Kabupaten Yahokimo). Sehingga berdasarkan cerita rakyat yang sering dibicakan oleh orang tua- tua bahwa nenek moyang suku dani berasal dari orang Yali.  Mitos menceritakan bahwa orang pertama/ manusia pertama suku Dani bernama Pumpa (Pria) dan Nali nali(Wanita) yang masuk ke Lembah Baliem dari arah timur melalui sebuah Goa. Ada beberapa sumber yang mengatakan Goa pertama tempat keluarnya manusia pertama ini berasal dari Goa Kali Huam (Daerah Siepkosy), ada pula yang mengatakan dari Goa di Daerah Pugima dan sebagian mengatakan bahwa keluarnya Manusia pertama suku dani ini berasal dari dari Pintu masuk angin di daerah Kurima.
Sampai dengan saat ini diperkirakan Suku Dani yang mendiami wilayah lembah baliem merupakan Generasi ke 5 Suku Dani, bila ditarik dari cerita-cerita peradapan Nenek Moyang Suku Dani. Dengan Perkembangan Teknologi yang sangat pesat, dimana peradapan Suku Dani yang kala itu masih berada pada Zaman Batu dihadapkan pada peradapan Kehidupan modern.
  
3.     RELIGI
Kepercayaan Suku Dani menganut konsep yang dinamakan Atou, artinya adalah segala kesaktian yang dimiliki oleh para leluhur suku Dani diberikan secara turun temurun kepada kaum lelaki.
Menurut budaya suku Dani, jenis kesaktian tersebut antara lain adalah kesaktian agar bisa punya kekuatan untuk menjaga kebun, kesaktian agar mampu mengobati penyakit sekaligus menghindarinya dan kesaktian untuk menyuburkan tanah yang digunakan untuk bercocok tanam.
Untuk memberi penghormatan kepada leluhur, suku Dani menciptakan lambang untuk mereka sendiri yang dinamakan dengan kaneka. Fungsi kaneka ini adalah dipakai atau dimunculkan ketika sedang diselenggarakannya upacara tradisi bersifat keagamaan untuk membuat semua anggota masyarakt bisa sejahtera serta sebagai simbol ketika akan memulai perang dan mengakhirinya.
salah satu praktek extrime yang di percayai masyarakat dani adalah cara mengekspresikan rasa sedih dengan cara memotong jari. Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.
Alasan lainya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.
Tradisi Potong Jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang. Ada juga yang melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.
Selain tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah.
Beberapa sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun kita masih bisa menemukan banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena tradisi ini.
 
  
4.     BAHASA
Bahasa Daerah Suku Dani yang mendiami Daerah Lembah Baliem menggunakan Bahasa-bahasa yang masuk dalam bahasa Papua dari filum Trans-New Guinea. Bahasa Daerah yang digunakanpun mempunyai perbedaan dialog dan pengucapan antar satu wilayah dengan wilayah Daerah lainnya walaupun masih berada dalam jangkauan jarak tempuh yang boleh dikatakan masih dekat.
Secara garis basar Bahasa dani dikenal dalam tiga bagian besar bahasa yaitu, bahasa dani lembah (Daerah sekitar kota Wamena/Kab.Jayawijaya), Bahasa Dani Barat (Daerah Bag Barat kota Wamena (Kab.Lany Jaya, Kab.Puncak Jaya, dan Kab Tolikara) serta Bahasa Dani Timur /Bahasa Yali (Kab Yahokimo dan Kab Yalimo). Masyarakat Lokal di Daerah Lembah Baliem sendiri sebagian besar sudah dapat menggunakan bahasa Indonesia dgn dialek Wamena/Papua.
5.      SISTEM ORGANISASI MASYARAKAT
 
Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga yaitu kelompok kekerabatan, paroh masyarakat, dan kelompok teritorial.a. Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah keluargaluas. Keluarga luas ini terdiri atas tiga atau dua keluarga inti bersama – sama menghunisuatu kompleks perumahan yang ditutup pagar (lima).Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini. Keluarga batih ini tinggaldi satu – satuan tempat tinggal yang disebut siimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 – 4 slimo yang dihuni 8 & ndash; 10 keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasaldari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampungMaina di Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Woita dan Waro.
Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety / dengan orang di luar Moety). b. Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klenkecil) yang disebut ukul oak (klen besar)c. Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsaDani adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki)

6.     SISTEM EKONOMI
Mata pencaharian pokok suku Dani adalah bercocok tanam ubi kayu dan ubi jalar. Ubi jalar adalah tanaman utama di kebun-kebun mereka. Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah pisang, tebu, dan tembakau. Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu:

1) Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan
secara menetap
2) Kebun-kebun di lereng gunung
3) Kebun-kebun yang berada di antara dua uma

Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung, atau jurang. Dalam mengerjakan kebun, masyarakat suku Dani masih menggunakan peralatan sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak batu.

Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi dipelihara dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa bangunan berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan alat-alat berkebun. Bagi suku Dani babi berguna untuk:

1) dimakan dagingnya
2) darahnya dipakai dalam upacara magis
3) tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan
4) tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
5) sebagai alat pertukaran/barter
6) menciptakan perdamaian bila ada perselisihan

Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di sekitarnya. Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.

7.    SISTEM KESENIAN DAN PERALATAN

             Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman,seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai,Ebeai, dan Wamai.Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan khas, anyaman kantong jaring penutup kepala dan pegikat kapak. Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan tersebut antara lain : Moliage, Valuk,Sege, Wim, Kurok, dan Panah sege

8 . SISTEM PENGETAHUAN

Salah satu pengetahuan terbesar suku dani adalah bagaimana mereka bisa tetap bisa bertahan hidup. Salah satunya adalah sistem pengetahuan membuat tempat tinggal yang disebut dengan honai.

            honai berbentuk
bundar, atapnya jerami, dan pintunya mungil sekali. Inilah Honai, rumah adat suku Dani yang tinggal di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Selain jadi tempat tinggal, Honai juga multifungsi!

            Ukurannya tergolong mungil, bentuknya bundar, berdinding kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang bentuknya persegi panjang. Rumah jenis ini namanya Ebe'ai. Perbedaan terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki, sedangkan Ebe'ai dihuni oleh perempuan. Komplek Honai ini tersebar hampir di seluruh pelosok Lembah Baliem. Baik itu dekat jalan besar (dan satu-satunya yang membelah lembah itu), hingga di puncak-puncak bukit, di kedalaman lembah, juga di bawah naungan tebing raksasa.

              Rumah bundar itu begitu kecil hingga kita tidak berdiri di dalamnya. Jarak dari permukaan rumah sampai langit-langit hanya sekitar 1 meter. Di dalamnya hanya ada 1 perapian yang terletak persis di tengah. Tak ada perabotan seperti kasur, lemari, apalagi cermin.

               Rupanya atap jerami dan dinding kayu membawa hawa sejuk ke dalam Honai. Kalau udara dirasa terlalu dingin, seisi rumah siap diramaikan oleh tarian api dari perapian. Bagi mereka, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap dalam waktu lama. Selama pintu masih terbuka (dan memang tak ada tutupnya), oksigen masih mengalir kencang. Mereka pun meringkuk dalam kehangatan.


               Selain jadi tempat tinggal, Honai juga multifungsi. Ada Honai khusus untuk menyimpan umbi-umbian dan hasil ladang, ada pula yang khusus untuk pengasapan mumi. Fungsi yang disebut terakhir itu bisa ditemukan di Desa Kerulu dan Desa Aikima, tempat 2 mumi paling terkenal di Lembah Baliem.

9.  UPACARA

Selama waktu perang, upacara sangat sering dilakukan . Pertempuran itu sendiri bisa dilihat sebagai upacara yang bertujuan untuk  menenangkan para hantu. Ada juga upacara merayakan kematian musuh atau pemakaman bagi orang-orang dibunuh oleh musuh. Pada upacara kremasi bagi seseorang tewas dalam pertempuran, satu atau dua jari dari beberapa gadis akan dipotong sebagai kurban kepada hantu orang yang meninggal. Pria kadang-kadang mungkin memenggal jari mereka sendiri atau memotong ujung telinga mereka, namun tindakan ini adalah tanda-tanda pengorbanan pribadi dan berkabung. Pemakaman upacara serta upacara pernikahan dilanjutkan pada interval setelah acara utama. Keduanya menyimpulkan dalam pesta babi yang diadakan setiap empat sampai enam tahun, di mana aliansi seluruh berpartisipasi.
berikut beberapa dokumentasi video dari suku Dani:
  
REFERENSI
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar